Selasa, 25 September 2018

Membangun #1


Aku berjalan melewati perkampungan ini dengan mata yang entah enggan menunduk. Ia terus memaksaku untuk melihat ke sekeliling. Memperhatikan setiap hal yang kami lalui. Aliran sungai yang terus saja bergerak membawa apapun yang mampu ia alirkan bersama arusnya. Dedaunan yang menari menyambut desiran angin semakin menambah keasrian suasana tempat ini. Sejenak kami berhenti pada tikungan yang jalannya sedikit menanjak dan setelahnya kami dapati jembatan bambu yang cukup kuat saat kami tapaki. Disana ia membisikkan cerita bahwa tempat itu dulunya adalah arena anak-anak bermain yang kini masih juga difungsikan sebagai mana dahulu. Air yang bening itu seolah-olah tersenyum tulus dan kami rasakan lewat kesegarannya. Sejak saat itu kami berjanji bahwa kami akan berusaha menjadi teman yang baik untuknya.
Belum sempat beranjak kami dari tempat ini, datanglah seseorang yang usianya sudah senja. Warga disini memanggilnya Eyang Sabdo. Dengan tongkat kayu Beliau berjalan dengan hati-hati. Sesaat Beliau tersenyum tak nampak oleh kami giginya. Beliau dikenal sebagai orang tua yang begitu santun dan pribadii yang ramah. Bagi kami Beliau adalah sosok yang juga bijaksana. Dalam langkahnya beliau tampak menagtur nafasnya yang juga sudah tidak sekuat seperti saat mudanya. Kami segera beranjak untuk mendekati Beliau dan mempersilakan Beliau untuk duduk diatas batu yang berada disisi jembatan. Beliau menguraikan senyumnya yang Nampak begitu bahagia. Bertuturlah Beliau bahwa sungguh sangat senang rasanya bisa melihat kalian tumbuh dewasa dan tetap sopan kepada orang tua seperti eyang ini. “Bagiku menjadi kebahagiaan tersendiri saat melihat kalian tumbuh dewasa, meskipun tidak setiap hari aku bisa melihat kalian, mendengar kalian tumbuh dan bahagia saja eyang sudah sangat bahagia”.
Dalam diam aku merasakan bahwa setiap kebaikan yang dibenarkan akan membawa keberkahan dalam hidup kita. Satu hal yang sering dicari manusia adalah kebahagiaan hidup baik di dunia sekarang atau pun hidup di hari esok. Jika setiap diri kita sadar bahwa sejatinya kita mencari kebahagiaan, sudah pasti kita harus melakukan hal-hal yang bisa mendatangkan kebahagiaan tersebut, bukan sebaliknya. Kebahagiaan sejati tentu bukan yang membuat orang lain menderita (dalam arti positif). Ketika ada tetangga atau saudara kita yang mendapatkan sesuatu kabar yang membahagiaakan tentu kita tidak akan menghina atau merendahkannya jika dalam jiwa kita tak berpenyakit. Namun, jika dalam hati kita ada penyakit bisa saja kita iri atau bahkan berharap kebahagiaan tetangga kita tersebut segera hilang .
Sederhana memang jika dalam kebersamaan hidup kita mengedepankan rasa kekeluargaan. Bersikap layaknya manusia yang rendah hati, berjalan tanpa rasa sombong atau ingin menjadi pusat perhatian. Segera mengkui kesalahan jika memang kita melakukannya. Segala sesuatu yang didorong karena ego/nafsu memang tidak akan membawa kebaikan sehingga meredamnya adalah sebuah anjuran yang tidak bisa kita tolak. Menyambung silaturrahmi dengan tetangga yang kemudian dilanjutkan dengan menjaganya adalah hal pokok untuk membangun tatanan masyarakat yang kokoh.

Minggu, 23 September 2018

cahaya kebaikan #1


Matahari pagi ini sudah menyeringai bersinar menembus sudut-sudut ruang ini. Daun-daun tersibak oleh cahayanya yang hangat. Seketika kedamaian dan sulutan api semangat menyelinap dan menerobos hingga melampuai batas, membawa diri ini bergerak menuju tempat yang ada dalam impian. Jika kebaikan cahaya-Nya tidak mampu kita serap bagaimana kita akan memancarkannya ke sekeliling kita? Disekitar kita banyak cahaya kebaikan yang bisa kita ambil lalu kita pindahkan ke tempat-tempat yang sedikit redup tersebut. Cahaya kebaikan akan selalu bermunculan tinggal bagaimana kita jeli untuk menemukan sumber cahaya tersebut.
Dalam jiwa manusia ada sebuah fitroh kebaikan yang sejak awal telah muncul. Dia hadir bersama lahirnya kita ke dunia ini. Kebebasannya untuk bergerak terkadang terbatas oleh ego kita. Terkadang kita lebih berpihak kepada sesuatu yang sejatinya berlawanan dengan fitroh kita sendiri. Ada hal lain diluar diri kita yang bisa mempengaruhi gerak tingkah dan segala keputusan yang hendak kita ambil. Hal lain tersebut tidak lain dan tidka bukan adalah nafsu dan ia datangnya dari bisikan musuh kita. Kenapa kita justru memilih mengikutinya dan menjadikan mereka kawan? Padahal sudah sangat jelas bahwa ia adalah musuh bagi kita dan mereka tidak sekalipun menyimpan perasaan suka dikala kita berbahagia karena sebuah hasil dari kebaikan yang kita lakukan.
Selain modal nurani atau fitroh kebaikan kita juga mempunyai akal yang akan menjadi satu alasan penting juga dalam kita menjalani kehidupan ini. Akal berperan sebagai konsultan dalam melakukan berbagai aktivitas hidup, diri kita juga harus sering melatihnya untuk membuat keputusan-keputusan untuk memecahkan masalah. Mengisi jiwa dengan cahaya kebaikan dan mengajak akal untuk berfikir rasional dan positif akan membawa diri kita pada kebahagian yang berkah. Perilaku yang selaras dengan layaknya perilaku manusia yang berakal akan membawa diri kita pada tatanan mahluk yang beradab, mengerti hikmah dari setiap aturan yang telah digariskan oleh yang Maha Menghidupkan kita. Aturan yang dibuat oleh manusia dan sifatnya untuk menertibakan aktivitas manusia itu sendiri hakikatnya harus bersumber dari aturan Sang Pencipta alam ini. Bagaimana tidak, jika kita hidup disini atas ijin-Nya, bukankah dalam hidup ini juga harus mematuhi perintah-Nya?
Ketika sebuah aturan dari manusia bertentangan dengan ketetapan yang Maha Kuasa, tidaklah kita berkewajiban untuk mematuhinya. Lantas konsekuensi yang akan kita dapatkan adalah hukuman dari ketidak patuhan kita. Benar, itu adalah hal yang akan kita terima tersebab dari keptusan kita untuk menolak aturan tersebut. Sehingga untuk mencegah hal tersbut terjadi kita harus memilih seseorang yang akan membuat aturan adalah orang yang juga sudah paham akan aturan dari yang Maha Kuasa. Sehingga turunan aturan pokok dari yang Maha Kuasa yang dibuat oleh manusia adalah aturan yang sejalan denga aturan-Nya.
Menyelaraskan hidup dengan segala ketetapan-Nya akan membawa kita kepada kebaikan untuk diri kita masing-masing. Bagaimana tidak, ketika aturan hidup telah ditetapkan untuk dilakukan oleh setiap diri kita dan kita semua menjalaninya tentu yang terjadi adalah sebuah kehidupan yang damai tenteram dan makmur. Hidup saling menolong, menghargai satu sama lain sehingga ke egoisan akan teredam dengan sendirinya dan perpecahan tentu tidak akan mudah tersulut dan menyebar ke permukaan. Jika setiap orang mudah berlapang dada untuk saling memaafkan dan tidak tamak terhadap kekayaan tentu tidak akan ada orang yang terdzolimi dan kesejahteraan akan merata. Mengobarkan semangat berkarya dan merendahkan hati adalah setitik cahaya yang akan memunculkan cahaya-cahaya kebaikan berikutnya.


x

Kamis, 01 Februari 2018

Belajar mengenalimu

sebuah tanggung jawab yang amat berat telah diambil olehnya. tutur nasehat telah kita rekam kala itu. kita telah mengucap janji dan ikrar. sekiranya kita ingat tentu catatan ini akan terlihat rapi dan indah. namun, kita terkadang lalai sehingga banyak kertas yang hampir sobek sebab penghapus itu berkali-kali disapukan diatas catatan itu. 



mereka telah memanti kehadiran kita kawan, setelah sekian lama menunggu, akhirnya Dia mengijinkan mereka untuk mengasuh kita. ada banyak tanggung jawab besar setelah peristiwa ini. satu persatu beliau kenalkan kita dengan apa-apa yang ada disekitar kita. beliau ajari kita mengucap kata. perlahan kita tumbuh dalam dekapan kasih sayangnya. tumbuh bersama keihklasan dalam mengjari kita. disisi lain ada hal yang harus kita ingat bahwasannya ini semua terjadi atas ijin-Nya. mata dan telinga kita yang semula belum berfungsi, kini telah bisa digunakan untuk melihat dan mendengarkan apa-apa yang ada disekitaran kita (kalau kita sadar). semoga kita semua memang benar-benar bisa melihat dan mendengar. 


kita adalah salah satu tabungan mereka. 

Membangun #1

Aku berjalan melewati perkampungan ini dengan mata yang entah enggan menunduk. Ia terus memaksaku untuk melihat ke sekeliling. Memperhatik...